HASIL RUMUSAN FORUM KAJIAN FIQH ONLINE
Tanggal 15 Desember 2017
Deskripsi Masalah :
Teror bom dan serangan bersenjata di Masjid Al-Rawdah, Mesir, menyisakan banyak korban jiwa. Korban yang meninggal dunia sekitar 235 orang, sisanya adalah korban yang mengalami luka parah di beberapa bagian anggota tubuhnya, ada yang patah tangan dan ada pula yang patah kaki, bahkan terdapat beberapa korban peristiwa teror bom yang harus di amputasi kedua kakinya. Acuh tak acuh selang beberapa hari setelah peristiwa tersebut aparat pemerintah setempat ada yang menyumbangkan kaki buatan supaya orang orang yang menjadi korban bom bunuh diri bisa berjalan normal kembali sperti semula.
Pertanyaan :
Apakah wajib seorang itu saat melakukan sholat memasang kaki buatan sehingga tidak sholat duduk lagi?
Jawaban :
Menurut pendapat ulama' dari kalangan madzhab syafi'iyah, hanabilah dan sebagian ulama' dari kalangan madzhab hanafiyah, orang tersebut di anggap mampu berdiri sehingga ia wajib melakukan sholat berdiri meski dengan menggunakan alat bantu seperti kaki buatan dan sesamanya.
Referensi :
حاشيتا قليوبي - وعميرة ج٢ / ص٢٤٧
قَوْلُهُ : ( الثَّالِثُ الْقِيَامُ ) وَالْوَاجِبُ مِنْهُ الَّذِي يُؤَدِّي بِهِ الرُّكْنَ قَدْرَ الطُّمَأْنِينَةِ كَبَقِيَّةِ الْأَرْكَانِ ، وَتَطْوِيلُهُ بِقَدْرِ الْفَاتِحَةِ لِضَرُورَةِ الْإِتْيَانِ بِهَا ، وَكَذَا لِلسُّورَةِ ، وَهُوَ أَفْضَلُ الْأَرْكَانِ ثُمَّ السُّجُودُ ثُمَّ الرُّكُوعُ ، وَلَا يَضُرُّ وُقُوفُهُ عَلَى ظَهْرِ قَدَمَيْهِ وَلَوْ بِلَا عُذْرٍ وَلَا اسْتِنَادُهُ لِنَحْوِ جِدَارٍ وَلَوْ بِحَيْثُ لَوْ أُزِيلَ لَسَقَطَ مَا لَمْ يَكُنْ مُعَلَّقًا ، وَإِذَا طَوَّلَ الْأَرْكَانَ وَقَعَ مَا زَادَ عَلَى قَدْرِ الْوَاجِبِ مِنْهَا نَفْلًا كَمَسْحِ الرَّأْسِ لِإِمْكَانِ تَجَزِّي ذَلِكَ خِلَافًا لِمَا فِي شَرْحِ الرَّوْضِ ، وَشَمَلَ وُجُوبَ الْقِيَامِ مَا لَوْ كَانَ مَعَ الْإِعَانَةِ بِشَيْءٍ كَعَصَا سَوَاءٌ احْتَاجَ إلَيْهِ لِنُهُوضِهِ فَقَطْ أَوْ لِدَوَامِ قِيَامِهِ أَوْ لَهُمَا مَعًا عَلَى الْمُعْتَمَدِ ، وَتَجِبُ الْأُجْرَةُ إنْ تَوَقَّفَ عَلَيْهَا وَقَدَرَ عَلَيْهَا بِمَا فِي التَّيَمُّمِ .
حاشيتا قليوبي - وعميرة - ج٢ / ص٢٥١
قَوْلُهُ : ( وَلَوْ أَمْكَنَهُ الْقِيَامُ ) وَمِثْلُهُ الْجُلُوسُ أَوْ الِاضْطِجَاعُ قَوْلُهُ : ( قَامَ ) أَيْ وُجُوبًا وَلَوْ بِمُعِينٍ كَمَا مَرَّ .
الكويتية ٤/١٩
ﺍﻟﺎﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻟﻐﻴﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ:
٨ - ﺍﻟﺎﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻟﻐﻴﺮ ﻓﻲ ﺃﺩﺍﺀ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﺟﺎﺋﺰﺓ، ﻭﻟﻜﻦ ﻫﻞ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﺫﻟﻚ ﻗﺪﺭﺓ ﻣﻠﺰﻣﺔ ﻟﻤﻦ ﻟﺎ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﺍﻟﺄﺩﺍﺀ ﺇﻟﺎ ﺑﻬﺎ؟ ﻗﺎﻝ ﺑﻌض الحنفية، ﻭﻭﺍﻓﻘﻬﻢ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ: ﻳﻌﺘﺒﺮ ﺍﻟﺈﻧﺴﺎﻥ ﻗﺎﺩﺭﺍ, ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﻣﻦ ﻳﻌﻴﻨﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ, ﻣﺜﻞ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ، ﺃﻭ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻠﺎﺓ. ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ الحنفية, ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻔﻬﻮﻡ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ: ﻟﺎ ﻳﺼﻴﺮ ﻗﺎﺩﺭﺍ ﺑﺈﻋﺎﻧﺔ ﻏﻴﺮﻩ، ﻟﺄﻥ ﺍﻟﻤﻌﻮﻧﺔ ﺗﻌﺘﺒﺮ ﻟﻪ ﻧﺎﻓﻠﺔ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar